March 11, 2008

Resensi Buku Mencari jejak AMARAH

Resensi Buku
Amarah Dalam Novel

Telah diterbitkan di Koran Fajar, Minggu 11 Mei 2008
Judul :Mencari Jejak Amarah (Buku satu dan buku dua)
Penulis : Rasmi Ridjang Sikati
Penerbit : Link Pena
Tebal Buku Satu : 397 halaman
Tebal Buku Dua :308



KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah atau April Makassar Berdarah di tanggal 24 April 1996. Amarah diawali dengan tuntutan mahasiswa atas kenaikan tarif angkot atau pete-pete. Kenaikan ini awalnya atas instruksi Menteri Perhubungan lalu ditindaklanjuti Wali Kota Ujung Pandang Malik B Masry dengan keluarnya SK 900 tentang kenaikan tarif.
Hingga pada perayaan Amarah ke sebelas di tanggal 24 April 2006, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku mengetahui banyak tentang kasus Amarah. Amarahmu yang merupakan sosok misterius dan belum pernah dijumpainya ini mengatakan dirinya adalah saksi kunci kasus tersebut.
E-mail yang diterima Inka dari Amarahmu sempat membuatnya merinding dan kaget karena tanggal pengiriman e-mail itu tercatat pada 24 April 1996 atau saat Amarah meletus. Tapi Inka mencoba memastikan tanggal itu, dia lalu sign out dari inkaku99@yahoo.com. Setelah itu, dia masuk lagi di id itu. Tapi kemudian, tanggal dan tahunnya telah berubah menjadi 24 April 2006. Amarahmu menenangkan hati Inka dan mengatakan jika dia mengirim e-mail di tanggal 24 April 2006.
Belakangan, bersama Amarahmu, Inka menjadi dekat. Keduanya saling membantu mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam kampus UMI dengan komunikasi aktif lewat chating dan e-mail.
Hanya saja, waktu chatting ditentukan Amarahmu hanya pada malam Jumat saja. Amarahmu tidak pernah menunjukkan identitasnya termasuk foto dirinya kepada Inka. Sehingga Amarahmu menjadi orang misterius bagi Inka.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers bernama Aliansi Jurnalis Independen (AJI), membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi.
Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual yang kemudian meruntuhkan keakuannya sebagai seorang hawa. Belakangan Inka mengganti nama Kmirpi menjadi Amarahku. Pergantian ini dilakukan Inka karena menganggap Kmirpi juga sosok yang misterius sama seperti orang yang ditemaninya chatting yaitu Amarahmu.
Namun, sayangnya, Inka kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu (Sebuah Kota di Teheran), karena Kmirpi itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Namun, dari lelaki asal Jakarta itu, Inka menerima sebuah sandal berwarna merah. Sendal yang acap kali dikenakannya dan akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil. Yaitu bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya Amarah Jilid Satu- Refleksi April Makassar Berdarah (2005), dianggap pembohongan sejarah karena orang yang berkomentar didalamnya dicibir tidak berkompeten bicara Amarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku Amarah.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah bahwa tidak ada pahlawan dalam Amarah. Semua adalah pahlawan. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohongan sejarah karena tidak berkompeten bicara tentang Amarah.
Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah yang diberikan Kmirpi itu, Inka menemukan jawabannya. Diantaranya, Inka mengetahui tentang orang yang sebenarnya yang merusak Masjid UMI dan merobek-robek Al Qur’an dan menghamburkannya di jalan. Mengetahui alasan penyerbuan aparat ke dalam kampus UMI. Dan juga tentang kondisi mayat tiga mahasiswa UMI yang meninggal itu.
Ternyata mahasiswa sendirilah yang mengacak-acak Al Quran dan juga melempar kaca masjid. Alasannya untuk menarik simpati masyarakat Sungai Pampang agar masyarakat melindungi mahasiswa dari pengejaran aparat. Dia menemukan jawaban itu dari Opan yang merupakan pengurus senat Fakultas Ekonomi saat Amarah terjadi.
Inka juga menemukan jawaban jika ternyata gerakan sampai Amarah menjadi besar tidak disetting oleh siapapun juga. Itu merupakan gerakan spontanitas. Ada lembaga yang menganggap jika merekalah yang berperan pada saat Amarah dan pertama menolak SK 900 tentang kenaikan tarif angkot. Tapi ternyata, saat penahanan damri itu, orang-orang dari lembaga ini tidak ada di lokasi.
Malah penahanan damri yang memicu aparat masuk ke dalam Kampus UMI merupakan hasil pertaruhan antara dua orang dari anak Fakultas Ekonomi. Sebuah pertaruhan yang juga terjadi secara spontanitas. Rebutan damri inilah yang memicu aparat menyerbu ke dalam Kampus UMI dan berujung pada meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Mereka adalah Syaiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming.
Dalam penelusurannya juga, banyak saksi sejarah yang mengatakan dirinya yang mensetting Amarah ternyata tidak ada di lapangan saat kejadian berlangsung. Inka juga menjelaskan jika kasus Amarah itu bukan milik mahasiswa UMI saja tapi milik mahasiswa Makassar. Karena saat kejadian, bukan hanya UMI yang diserang aparat masuk kampus tapi juga terjadi di kampus lainnya. Hanya saja, korbannya ada di UMI.
Di akhir penulisan bukunya, Inka ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. terlebih ada sebuah peristiwa ketika Gerhana Bulan, Inka merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Amarahku melintas di kepalanya. Feelingnya merasakan apa yang dialaminya ada hubungannya dengan lelaki yang untuk kedua kalinya pernah di temuinya di Bali itu.
Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil May, mereka berangkat ke Bali. May adalah seorang penganut agama Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi.
Meski berbeda keyakinan, Inka dan May sangat menghargai perbedaan keyakinan diantara mereka. Tiap May mengirimi Inka surat selalu menyelipkan kata Syaloom in Kristus dan dibalas inka Assalamu Alaikum Wr Wb dan Wassalam. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya. Ternyata Amarahmu dan Amarahku adalah orang yang sama. Selama ini, orang yang ditemani Inka chatting dan sharing mengenai kasus Amarah tidak lain adalah Kmirpi.
Tapi sayangnya, Kmirpi telah meninggal dengan meledakkan dirinya dengan bom bunuh diri di Irak. Dari cerita ibunya Kmirpi, lelaki yang membangun bisnis di Bali, yaitu Warnet MiToPi dan PieandMie ini anaknya mengidap penyakit kanker otak. Dan umurnya sudah tidak lama lagi makanya dia meledakkan dirinya di Irak.
Inka baru sadar jika ternyata Kmirpi adalah salah satu jaringan Al Qaedah. Dan dianggap teroris oleh Barat. Pantas saja, Kmirpi tidak senang diajak bicara tentang bom bali karena dia merupakan satu dari jaringan itu. Akhirnya, Inka melupakan Kmirpi. Tapi ketika Musyawarah Daerah (Musda) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel berlangsung di Desember 2007, Kmirpi tiba-tiba muncul di hadapannya.

Buku ini lanjut ke buku berikutnya Kuburan itu Belum mengering – Amarah Jilid Tiga






Sinopsi Mencari Jejak Amarah

MENCARI JEJAK AMARAH adalah sebuah novel yang mengangkat kisah nyata dibalik kasus April Makassar Berdarah (Amarah) di 24 April 1996. Yaitu, kasus penyerbuan aparat ke dalam kampus dan berujung pada tewaskan tiga mahasiswa Universitas Muslim Indonesia
(UMI). Mereka adalah, Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif
Daming. Ketiganya ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Pampang dengan banyaknya keganjilan di sekujur tubuh korban. Isupun mencuat jika ketiganya dibunuh dulu baru diceburkan ke sungai. Tapi aparat membantah dan mengatakan, mahasiswa itu meninggal karena tidak bisa berenang. Tapi belakangan diketahui, jika satu dari tiga mahasiswa itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang. Jadi mana mungkin orang yang bisa berenang dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang?
Kasus Amarah tidak hanya berhenti pada masalah meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Peristiwa yang telah menjadi bagian sejarah yang setiap tahunnya diperingati mahasiswa se Makassar itu juga menjadi rebutan.
Masing-masing gerakan mengklaim jika merekalah menyetting sampai Amarah menjadi besar. Siapakah yang berhak atas Amarah? Inilah yang akan dicari jawabannya.

* * *
KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar, Tribun Timur, bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah.
Hingga kemudian, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku saksi kunci kasus tersebut. Belakangan Amarahmu mengatakan, dia hanya tahu sedikit Amarah dan siap sharing bersama Inka. Inka menyambut kebaikan Amarahmu yang ingin sharing dengannya karena saat itu, dia tidak memiliki teman untuk diskusi untuk menyelesaikan bukunya.
Bersama Amarahmu, Inka mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam Kampus UMI dengan komunikasi aktif bersama Amarahmu lewat chatting
dan e-mail.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi. Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual, yang kemudian meruntuhkan keangkuhannya sebagai seorang hawa.

Sayangnya, dia kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu, karena lelaki itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Setelah perpisahan itu, Inka memanggil Kmirpi dengan panggilan Amarahku. Dari Amarahku, Inka menerima sebuah sendal berwarna merah. Benda yang acap kali dikenakannya akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil.
Diantaranya, bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya dianggap pembohongan sejarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah tentang siapa sebenarnya pahlawan dari Amarah. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohong karena tidak berkompoten bicara tentang Amarah. Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah pemberian dari Amarahku
itu, dia menemukan jawabannya.
Diantaranya, dia mengetahui bagaimana peristiwa Amarah terjadi dan siapa yang merusak Masjid Umar Bin Khattab dan menghamburkan Al Quran di dalam masjid milik UMI itu.
Di akhir penulisan novelnya, dia ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. Ketika gerhana bulan terjadi, dia merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Kmirpi melintas di benaknya.
Feelingnya merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya. Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May, mereka berangkat ke Bali mencari jejak Amarahmu dan Amarahku. May adalah seorang penganut Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya.

Apakah benar Amarah adalah settingan lembaga tertentu atau hanya gerakan spontanitas?
Siapa yang merusak masjid dan menghamburkan Al Quran yang ada di dalam masjid milik UMI itu?
Siapakah sosok Amarahmu dan Amarahku itu?


Mencari Jejak Amarah
Karya Rasmi Ridjang Sikati

Ilustrasi Sampul : Nono Mirror
Lay Out : Asdar Sindo
Pemeriksa Aksara : Ali Rusdy
Diterbitkan oleh penerbit LinkPENA
Didistribusikan :inKREATIF
Alamat : Perumahan Bukit Nirwana Blok C/15, Antang, Makassar, Sulawesi Selatan. Telepon (0411) 5070004.
Email : inkreatif@yahoo.com

सिनोप्सिस मेंकारी जेजक Amarah

http://butikku.blogspot.com/


MENCARI JEJAK AMARAH adalah sebuah novel yang mengangkat kisah nyata dibalik kasus April Makassar Berdarah (Amarah) di 24 April 1996. Yaitu, kasus penyerbuan aparat ke dalam kampus dan berujung pada tewaskan tiga mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI). Mereka adalah, Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming.
Ketiganya ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Pampang dengan banyaknya keganjilan di sekujur tubuh korban. Isupun mencuat jika ketiganya dibunuh dulu baru diceburkan ke sungai. Tapi aparat membantah dan mengatakan, mahasiswa itu meninggal karena tidak bisa berenang.
Tapi belakangan diketahui, jika satu dari tiga mahasiswa itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang. Jadi mana mungkin orang yang bisa berenang dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang?
Kasus Amarah tidak hanya berhenti pada masalah meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Peristiwa yang telah menjadi bagian sejarah yang setiap tahunnya diperingati mahasiswa se Makassar itu juga menjadi rebutan.
Masing-masing gerakan mengklaim jika merekalah mengsetting sampai Amarah menjadi besar. Siapakah yang berhak atas Amarah? Inilah yang akan dicari jawabannya.

* * *
KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar, Tribun Timur, bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah.
Hingga kemudian, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku saksi kunci kasus tersebut.
Belakangan Amarahmu mengatakan, dia hanya tahu sedikit Amarah dan siap shearing bersama Inka. Inka menyambut kebaikan Amarahmu yang ingin shearing dengannya karena saat itu, dia tidak memiliki teman untuk diskusi untuk menyelesaikan bukunya.
Bersama Amarahmu, Inka mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam Kampus UMI dengan komunikasi aktif bersama Amarahmu lewat chatting dan e-mail.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi. Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual, yang kemudian meruntuhkan keangkuhannya sebagai seorang hawa.
Sayangnya, dia kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu, karena lelaki itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Setelah perpisahan itu, Inka memanggil Kmirpi dengan panggilan Amarahku.
Dari Amarahku, Inka menerima sebuah sendal berwarna merah. Benda yang acap kali dikenakannya akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil. Diantaranya, bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya dianggap pembohongan sejarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah tentang siapa sebenarnya pahlawan dari Amarah. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohong karena tidak berkompoten bicara tentang Amarah.
Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah pemberian dari Amarahku itu, dia menemukan jawabannya. Diantaranya, dia mengetahui bagaimana peristiwa Amarah terjadi dan siapa yang merusak Masjid Umar Bin Khattab dan menghamburkan Al Quran di dalam masjid milik UMI itu.
Di akhir penulisan novelnya, dia ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. Ketika gerhana bulan terjadi, dia merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Kmirpi melintas di benaknya. Feelingnya merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya.
Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May, mereka berangkat ke Bali mencari jejak Amarahmu dan Amarahku. May adalah seorang penganut Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya.

Apakah benar Amarah adalah settingan lembaga tertentu atau hanya gerakan spontanitas?
Siapa yang merusak masjid dan menghamburkan Al Quran yang ada di dalam masjid milik UMI itu?
Siapakah sosok Amarahmu dan Amarahku itu?
Apakah May dan Inka menemukan jawaban kedua lelaki itu di Bali?

Launching 8 April 2008 Auditorium Al Jibra
Dirangkaikan dengan pameran foto dan pementasan seni

Bedah Buku Auditorium Al Jibra 24 April 2008



Mencari Jejak Amarah
Karya Rasmi Ridjang Sikati



Ilustrasi Sampul : Nono Mirror
Lay Out : Asdar Sindo
Pemeriksa Aksara : Ali Rusdy, Wawan Mattaliu, Jesy Heni T, Lory Hendrajaya

Diterbitkan oleh penerbit LinkPENA
Didistribusikan :inKREATIF
Alamat : Perumahan Bukit Nirwana Blok C/15, Antang, Makassar, Sulawesi Selatan. Telepon (0411) 5070004.
Email : inkreatif@yahoo.com