August 12, 2008

बेदह Buku



Bedah Buku दी Bamper




Bedah Buku दी Unismuh




June 08, 2008

Diundang Bedah Buku दी STIEM BONGAYA





May 20, 2008

CARA MENDAPATKAN AMARAH






BUKU INI BISA DIPEROLEH
GRAMEDIA (MAL PANAKUKANG DAN MARI)

MAKASSAR
•PERENIAL
(Di Pelataran Masjid Kampus UMI Jln Urip Sumoharjo)
Tlp 04116140799/085299257999
•TOHA PUTRA (Depan IAIN)
Tlp 0411868601/0411868177
•DZIKRAN (Depan IAIN)
•BINA ILMU
•KOPERASI Kampus Universitas Indonesia Timur (UIT) Jalan Rappocini Telepon 0411420171
•InKREATIF : Legi 081355718818
•TRIMEDIATAMA
(Komp Ruko New Zamrud F/6)
Tlp 04115737863/085255977720

MAROS
•Pelataran Masjid Al Markas Al Islami Maros 081354967725
* Ilo ; 081355622199

PEMBELIAN MELALUI ONLINE
SILAHKAN KLIK DI: http://belibukumu.blogspot.com/

-------
Bagi Teman-Teman yang ingin menggelar bedah buku
Silahkan kontak di Legi 081355718818 atau Inka 0811465066

------------- Jadwal Bedah Buku dalam Waktu Dekat
Minggu, 15 Juni 2008
Pukul : 09.00 Wita
Tempat Pelaksanaan : Jln. Kapten Pierre Tendean Blok M/7 Yayasan Pembina Tunanetra Indonesia (Yapti) Makassar - Indonesia


Jumat, 26 Juni 2008
Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar
Pukul 09.00 Wita

Sabtu, 27 Juni 2008
Radio Maestro Gate (Radio Kampus UMI)
Pukul 09.00 Wita

------
SAAT INI, TIM MANAJEMEN TELAH MENYUSUN JADWAL LOMBA RESENSI NOVEL MENCARI JEJAK AMARAH
ADA TIGA KATEGORI, PELAJAR, MAHASISWA, DAN UMUM..



TRIMS. TIM MANAJEMEN

ADA APA दिबलिक नवल AMARAH

Ada Apa di Balik Novel Amarah?

Ketika Inka Menulis Amarah dalam Novel

Ketika penulisnya yang tidak lain sahabat pena saya, Rasmi Ridjang Sikati alias Inka, memberitahukan jika dia telah menyelesaikan buku Amarahnya dalam bentuk novel saya langsung memberinya kata, ‘Great’.
Karena memahami sebuah peristiwa sejarah ada berbagai cara bisa ditempuh. Salah satunya membuatnya dalam bentuk novel. Dan saya paling senang membaca buku apalagi buku sejarah jika ditulis dalam bentuk novel sejarah.
Ketika membaca lembar-demi lembar bukunya, ini kali pertamanya saya menghabiskan dua buku (Amarah buku satu dan buku dua) hanya dalam sehari.
Saya tidak ingin meninggalkan tiap bab itu barang sedikit karena tiap babnya membuatku begitu sangat penasaran.
Seandainya Amarah Jilid III yang diberi judul Kuburan itu Belum Mengering juga sudah ada, pastinya, saya akan segera melahapnya sampai habis. Namun, sayangnya buku Amarah Jilid III itu, kata penulisnya, masih dalam tahap penyelesaian dan baru akan dilauching pada April 2009.

Novel itu berjudul Mencari Jejak Amarah

Buku ini diberi judul MENCARI JEJAK AMARAH. Terdiri dari dua buku. Buku satu terdiri dari 21 lembaran dan buku dua dimulai lembaran 22 sampai 37.
Dari judulnya saja, kita bisa langsung menarik kesimpulan jika ternyata Amarah masih menjadi sebuah misteri. Dan pemilihan judul oleh penulisnya adalah pilihan yang tepat karena Amarah bagaikan misteri tidak terpecahkan.
Amarah telah meninggalkan jejak dan jejak itu harus ditelusuri kembali untuk mencari jawaban tentang sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di tanggal 24 April 1996.
Tanggal dimana telah merenggut tiga nyawa mahasiswa UMI. Mereka adalah Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming. Mereka dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang. Tapi satu dari tiga orang itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang.
Amarah juga menjadi sebuah rebutan gerakan. Begitu banyak organisasi dan lembaga di dalam Kampus UMI yang menyatakan merekalah pertama yang mengencarkan aksi penolakan terhadap SK 900 yang dikeluarkan oleh Wali Kota Makassar Malik B Masry tentang kenaikan tarif angkot.


Kenapa Lembaran?

Penulisnya mengatakan, dia memilih kata lembaran di tiap babnya, hanya untuk menyajikan sub judul lain dari pada yang lain. Ketika membaca buku Supernova milik Dee maka artis itu memilih kata keping, membaca Laskar Pelangi karya Andre Hirata dia menggunakan mozaik. Dan ketika membaca MENCARI JEJAK AMARAH maka ditemukan lembaran.
Pemilihan kata lembaran untuk menjelaskan tiap-tiap babnya oleh penulis Amarah ini adalah pilihan tepat karena kata lembaran identik dengan adanya sebuah misteri di dalamnnya. Dimana di tiap lembaran ada sesuatu yang diungkapkannya dengan turut menyertakan sebuah nilai-nilai di dalamnya. Mulai dari nilai spiritual, intelektual, dan emosional.






Amarahku dan Amarahmu

Ketika narasumber di buku pertamanya dianggap tidak berkompeten bicara tentang Amarah, Inka sempat marah. Inka dengan geram mengatakan, “Jika mereka yang mencerca narasumberku punya marah maka saya juga punya marah.”
Maka dari situlah lahir sebuah tokoh Amarahmu dan Amarahku. Atau istilahnya kemarahanmu dan kemarahanku. Saya sempat tertawa juga mendengar alasannya mengemukakan itu. Dua sifat itu, amarahmu dan amarahku, kemudian dijadikan sebagai tokoh dalam novel Amarah.

Kehadiran sosok Amarahmu dan Amarahku yang diakhir novel ini ternyata adalah orang yang sama dan diberi nama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi membuat novel ini benar-benar hidup. Sampai saat ini, penulisnya tidak pernah mengungkapkan siapakah itu Kmirpi. Apakah orang yang pernah hidup di hati penulis atau tidak?
Tiap ditanya, Inka hanya menjawab jika Kmirpi adalah lelaki impiannya. Lelaki yang memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional. Dia ada di alam nyata? Hanya penulisnya yang tahu. Semoga penulisnya betul segera menemukan sosok itu karena penulisnya sampai sekarang masih jomblo. Heee

Di luar dari persoalan siapakah itu Kmirpi, di dalam novel ini, Amarahmu adalah tempat Inka berkeluh kesah dalam mencari jawaban Amarah. Sebab ketika buku pertamanya terbit Refleksi April Makassar Berdarah-Amarah Jilid I, ada segelintir saksi sejarah marah dan mengatakan jika orang yang bicara dalam bukunya itu tidak berkompetern bicara tentang Amarah.
Makanya, Inka kemudian membuat buku dengan mencari jawaban peristiwa itu dengan wawancara beberapa tokoh yang telah direkomendasikan padanya dan katanya paling tahu Amarah. Tapi ternyata, paling menarik, narasumber yang mengklaim dirinya saksi sejarah, ternyata tidak ada di dalam peristiwa itu terjadi.
Ada dialog yang menggelitik ketika Inka bermain kata-kata dengan Amarahmu.



amarahmu : Trus, Rini tahu apa tentang kejadian di UMI?
inkaku99 : Dia tidak tahu apa-apa. Tanggal 23 dan 24 April dia berada di Wisma HMI Cabang Makassar. Jadi tidak tahu apa yang terjadi di lapangan.
amarahmu : Katanya dia saksi sejarah?
Masa tidak tahu apa-apa saat Amarah?
Saksi sejarah itu dinamakan saksi sejarah ketika melihat kejadian penyerbuan secara langsung. Atau setidaknya ada di lapangan.
inkaku99 : Tapi bagaimanapun infomasi yang dia ketahui tentang pra Amarah sedikit membantu. Termasuk aksi di kantor gubernur.Termasuk informasi ternyata selain anak FPIM yang demo ternyata ada mahasiswa dari Fakultas Ekonomi UMI juga. (Buku Satu, hal 228)


Tapi Inka percaya bahwa tiap orang dalam kasus Amarah memiliki peranan yang beda-beda. Jadi dia ingin mengatakan bahwa semua orang berhak bicara tentang Amarah dan tidak ada seorangpun bisa dilarang bicara mengenai Amarah.


Ada Nilai di Tiap Lembaran

Ketika Anda jeli membaca novel ini di tiap babnya, maka Anda akan menemukan begitu banyak nilai-nilai yang terkandung ditiap babnya.
Penulis juga mampu memainkan sosoknya dengan memasukkan dirinya ke dalam novel itu. Seperti ketika penulisnya memainkan sosok saudara sepupunya Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May di dalam novelnya. May merupakan penganut Kristen taat yang tidak pernah meninggalkan salibnya kemanapun pergi. Kehadiran May yang sering menyapa Inka dengan kata Syaloom in Kristus dan dibalas Inka dengan kata Assalamu Alaikum menunjukkan bahwa agama bukan sebuah penghalang kedekatan. Mereka begitu saling menghargai.
Sama halnya ketika penulisnya menghadirkan film Kingdom of Heaven yang ditontonnya bersama Kmirpi saat di Bali. Sebuah film tentang perang salib atas perebutan tanah Yerusalem. Dalam dialoq Inka dan Kmirpi tentang film itu, keduanya menyimpulkan jika perebutan tanah Yerusalem bukan perintah agama. Tapi karena keserakahan ambisi manusia atas tanah tersebut. Kemudian menjadikan agama sebagai simbolisasi untuk peperangan.
Nilai ini kemudian penulisnya benturkan dalam kasus Amarah. Dia ingin menunjukkan bahwa jangan pernah jadikan agama sebagai simbolisasi untuk peperangan. Kenyataannya pada kasus Amarah, sampai saat ini, masih kencang isu jika aparat Nasrani sengaja diturunkan untuk menyerbu masuk ke Masjid UMI dan menghamburkan Al Quran. Ternyata, di akhir novel ini ditemukan jawaban jika mahasiswa sendiri yang melakukan untuk menarik simpati masyarakat.

Sama halnya ketika penulis menghadirkan dialoq antara Kmirpi dan Inka tentang jilbab. Kmirpi di dalam novel ini diceritakan pernah mengecap pendidikan di Qum (Sebuah kota di Teheran), bertanya pada Inka tentang masalah jilbab.
Kmirpi bertanya, “Apa yang menghalangi kau tidak menggunakan jilbab?”
Pertanyaan ini membuat Inka tersentak.

Dalam dialoq itu, Inka ingin menyampaikan kepada para kaum hawa sebuah pertanyaan yang sama. Tentang apa alasan Anda tidak menggunakan jilbab. Dia akhir novel Inka digambarkan telah menggunakan jilbab dan tidak risau lagi naik pesawat dan siap kapan saja ajal menjemputnya. Sebelumnya, inka paling takut naik pesawat karena takut ajal menjemputnya karena masih merasa dilumuri dosa. Karenan belum menggunakan jilbab.

Selanjutnya, ketika Inka memburu keberadaan Kmirpi sampai ke Bali dan menemukan jawaban bahwa Kmirpi telah meninggal jihad bersama teman lainnya Nur dan Juliadi, Inka ingin menunjukkan bahwa tiga sahabat itu, tidak pernah saling menusuk dari belakang. Dalam kasus Amarah, Inka menemukan banyaknya para saksi sejarah yang saling menusuk dari belakang.

Ketika Inka menghadirkan dua bocah dalam novelnya yang tidak lain keponakannya sendiri, Putri Ansari Sikati dan Rahmat Ridwan Sikati, inka ingin menunjukkan bahwa wajar saja jika ibu korban Amarah, sepanjang tahun sedih mengingat anak mereka yang pergi dengan diselimuti banyak pertanyaan. Hati ibu mana tidak perih anaknya pergi tanpa alasan jelas.
Dalam dialoq Putri dan Rahmat diceritakan, Rahmat yang berjenis kelamin lelaki ini menangis sekeras-kerasnya ketika bonekanya dirampas adiknya, Putri. Rahmat menganggap boneka itu anaknya sendiri. Dia mengatakan, “Tante, aku nggak bisa hidup tanpa anakku. Anakku tante.”
Nah, dari sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Rahmat ini, Inka ingin menunjukkan anak kecil saja menangis sekeras-kerasnya ketika boneka yang dianggapnya sudah anaknya sendiri dirampas adiknya.
Bagaimana jika ternyata anak yang dimaksud itu bukan boneka? Jadi wajar dong ibunda para korban Amarah menangis sekeras-kerasnya ketika nyawa anak mereka dirampas.



Puisi itu Sarat Makna

Kenapa perempuanku membenci matahari padahal matahari itu bintang
Memancarkan sinar dan memberi cahaya kehidupan di siang hari
Ia memancarkan cahaya sendiri bukan mengambil milik yang lain
Rembulan di suatu malam akan muncul menghasilkan warna merah
Pada lingkaran paling gelap akibat cahaya matahari terhalang bumi
Itulah satu malam ketika harus beranjak dan mengungkap tabir


Bacalah puisi itu dengan teliti dan perhatikan huruf pertamanya. Jika dirunut ke bawah akan membingkai sebuah kata menjadi ‘KMIRPI’

Baca juga puisi ini

ADALAH hidup yang harus dijalani meski bagaikan sebuah permainan puzzel karena ada banyak pertanyaan yang kadang tidak memiliki sebuah jawaban dan jawaban kadang hadir walau tanpa pertanyaan.
MAKA kita harus rasional berpikir bahwa jangan hanya memaknai hidup untuk memperjuangkan periuk tapi sebenarnya ada yang lebih penting yaitu memperjuangkan keadilan.
ADALAH keadilan yang merupakan simbolitas kemerdekaan yang tidak dibatasi baik oleh keakuan sebuah identitas diri. Sebab hidup menjadi bermakna ketika mampu menyumbang milik paling berharga yang kita miliki.
RIILNYA bahwa nyawa adalah harga tertinggi yang kumiliki saat ini dan tidak ada nilai tukar apapun lagi atas nilainya.
AKU pernah mendengar perempuanku mengatakan, “Aku ingin mati syahid dan aku pun demikian. Sama sepertinya. Aku tidak ingin mati dengan kesiaan.”
HANYA pergorbanan itu bisa kulakukan saat ini karena aku ingin meninggalkan jejak yang akan dikenang sepanjang masa.
MI itu adalah sumber inspirasiku yang kini menjadi perempuanku dan selamanya akan menjadi perempuanku.
UNTUKNYA kutinggalkan jejak-jejakku dan akan menjadi catatan panjang yang tidak akan terlupakan karena telah terbingkai dalam balutan sejarah. (BUKU Dua Hal 274)


Jika merangkai puisi di atas akan membentuk kata AMARAHMU

Jujur, saya sangat terkesima ketika Inka bermain-main dengan puisi yang sarat makna dan bermain puisi untuk menjawab teka-teki di dalam novelnya. Aku tahu Inka memang suka menuangkan perasaan hatinya melalui puisi. Dan kali ini dia memainkan itu ke sosok lelaki bernama Kmirpi. Inka, ternyata kamu semakin lihai merangkai puisi.

Dalam novelnya, Amarahku alias Kmirpi menitipkan puisi bertulis namanya saat berada di Bali. Dan ketika Inka mencari jejak lelaki itu ke Bali, dia memperoleh sebuah surat. Surat yang ditinggalkan Kmirpi merangkai tulisan ‘Amarahmu’
Dari puisi itu, sudah pasti bisa disimpulkan jika Amarahmu dan Amarahku adalah orang yang sama.


Ada yang menarik dari puisi ditinggalkan Kmirpi.
Bahwa puisi itu menerangkan dirinya akan beranjak pergi ketika gerhana bulan terjadi. Dan Kmirpi meledakkan dirinya saat gerhana bulan terjadi. Persis ketika Inka merasakan ada separuh nafasnya yang hilang. Menakjubkan alur ceritamu Inka.

Cuman saya penasaran kelanjutan cerita Kmirpi yang meninggal. Lalu jadi apa Kmirpi di Amarah Jilid III?



Di akhir kata…

Novel ini sangat layak baca. Jadi bacalah dan temukan begitu novel ini kaya dengan ilmu pengetahuan. Mulai penyajian penggambaran kasus Amarah, hubungan persaudaraan yang berbeda dalam kenyakinan tapi saling menghargai, dan terakhir hubungan percintaan yang dimainkan penulisnya yang ingin menunjukkan bahwa cinta tidak selamanya hadir dengan vulgar.
Bahwa cinta dirasakan dengan sikap dan tingkah laku. Mencintai seseorang kita harus ikhlas melepaskannya. Sama halnya ketika ibu para korban Amarah diharapkan bisa merelakan anak yang dicintainya untuk pergi.
Saya ingin menunjukkan kekayaan itu lagi, tapi rasanya begitu banyak…. Intinya baca sendiri dan temukan nilai-nilainya…


Ditulis oleh Dewa Satriomunandar
Saya adalah sahabat pena inka


May 16, 2008

Diundang Bedah Buku दी STIMIK Handayani









Diundang Bedah Buku स्तिम्क Handayani

May 15, 2008

May 05, 2008

JEMURAN BARU HIASI MAKASSAR








April 10, 2008

ADA APA DIBALIK NOVEL AMARAH?

Ketika Inka Menulis Amarah dalam Novel

Ketika penulisnya yang tidak lain sahabat pena saya, Rasmi Ridjang Sikati alias Inka, memberitahukan jika dia telah menyelesaikan buku Amarahnya dalam bentuk novel saya langsung memberinya kata, ‘Great’.
Karena memahami sebuah peristiwa sejarah ada berbagai cara bisa ditempuh. Salah satunya membuatnya dalam bentuk novel. Dan saya paling senang membaca buku apalagi jika ditulis dalam bentuk novel sejarah.
Ketika membaca lembar-demi lembar bukunya, ini kali pertamanya saya menghabiskan dua buku (Amarah buku satu dan buku dua) hanya dalam sehari.
Saya tidak ingin meninggalkan tiap lembaran itu barang sedikit karena tiap lembarannya membuatku begitu sangat penasaran.
Seandainya Amarah Jilid III yang diberi judul Kuburan itu Belum Mengering juga sudah ada, pastinya, saya akan segera melahapnya sampai habis. Namun, sayangnya buku Amarah Jilid III itu, kata penulisnya, masih dalam tahap penyelesaian dan baru akan dilauching pada April 2009.

Novel itu berjudul Mencari Jejak Amarah

Novel itu diberi judul MENCARI JEJAK AMARAH. Terdiri dari dua buku. Buku satu terdiri dari lembaran 1 sampai 21 dan buku dua dimulai lembaran 22 sampai lembaran 37.
Dari judulnya saja, kita bisa langsung menarik kesimpulan jika ternyata Amarah masih menjadi sebuah misteri. Dan pemilihan judul oleh penulisnya adalah pilihan yang tepat karena Amarah bagaikan misteri tidak terpecahkan.
Amarah telah meninggalkan jejak dan jejak itu harus ditelusuri kembali untuk mencari jawaban tentang sebuah peristiwa besar yang pernah terjadi di tanggal 24 April 1996.
Tanggal dimana telah merenggut tiga nyawa mahasiswa UMI. Mereka adalah Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming. Mereka dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang. Tapi satu dari tiga orang itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang.
Amarah juga menjadi sebuah rebutan gerakan. Begitu banyak organisasi dan lembaga di dalam Kampus UMI yang menyatakan merekalah pertama yang mengencarkan aksi penolakan terhadap SK 900 yang dikeluarkan oleh Wali Kota Makassar Malik B Masry tentang kenaikan tarif angkot.


Kenapa Lembaran?

Penulisnya mengatakan, dia memilih kata lembaran di tiap babnya, hanya untuk menyajikan sub judul lain dari pada yang lain. Ketika membaca buku Supernova milik Dee maka artis itu memilih kata keping, membaca Laskar Pelangi karya Andre Hirata dia menggunakan mozaik. Dan ketika membaca MENCARI JEJAK AMARAH maka ditemukan lembaran.
Pemilihan kata lembaran untuk menjelaskan tiap-tiap babnya oleh penulis Amarah ini adalah pilihan tepat karena kata lembaran identik dengan adanya sebuah misteri di dalamnya. Dimana di tiap lembaran ada sesuatu yang diungkapkannya dengan turut menyertakan sebuah nilai-nilai di dalamnya. Mulai dari nilai spiritual, intelektual, dan emosional.

Amarahku dan Amarahmu

Ketika narasumber di buku pertamanya dianggap tidak berkompeten bicara tentang Amarah, Inka sempat marah. Inka dengan geram mengatakan, “Jika mereka yang mencerca narasumberku punya marah maka saya juga punya marah.”
Maka dari situlah lahir sebuah tokoh Amarahmu dan Amarahku. Atau istilahnya kemarahanmu dan kemarahanku. Saya sempat tertawa juga mendengar alasannya mengemukakan itu. Dua sifat itu, amarahmu dan amarahku, kemudian dijadikan sebagai tokoh dalam novel Amarah.
Kehadiran sosok Amarahmu dan Amarahku yang diakhir novel ini ternyata adalah orang yang sama dan diberi nama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi membuat novel ini benar-benar hidup. Sampai saat ini, penulisnya tidak pernah mengungkapkan siapakah itu Kmirpi. Apakah orang yang pernah hidup di hati penulis atau tidak?
Tiap ditanya, Inka hanya menjawab jika Kmirpi adalah lelaki impiannya. Lelaki yang memiliki kecerdasan spiritual, intelektual, dan emosional. Dia ada di alam nyata? Hanya penulisnya yang tahu. Semoga penulisnya betul segera menemukan sosok itu karena penulisnya sampai sekarang masih jomblo. Heee
Di luar dari persoalan siapakah itu Kmirpi, di dalam novel ini, Amarahmu adalah tempat Inka berkeluh kesah dalam mencari jawaban Amarah. Sebab ketika buku pertamanya terbit Refleksi April Makassar Berdarah-Amarah Jilid I, ada segelintir saksi sejarah marah dan mengatakan jika orang yang bicara dalam bukunya itu tidak berkompeten bicara tentang Amarah.
Makanya, Inka kemudian membuat buku dengan mencari jawaban peristiwa itu dengan wawancara beberapa tokoh yang telah direkomendasikan padanya dan katanya paling tahu Amarah. Tapi ternyata, paling menarik, narasumber yang mengklaim dirinya saksi sejarah, ternyata tidak ada di dalam peristiwa itu terjadi.
Ada dialog yang menggelitik ketika Inka bermain kata-kata dengan Amarahmu.

amarahmu : Trus, dia tahu apa tentang kejadian di UMI?
inkaku99 : Dia tidak tahu apa-apa. Tanggal 23 dan 24 April dia berada di Wisma HMI Cabang Makassar. Jadi tidak tahu apa yang terjadi di lapangan.
amarahmu : Katanya dia saksi sejarah?
Masa tidak tahu apa-apa saat Amarah?
Saksi sejarah itu dinamakan saksi sejarah ketika melihat kejadian penyerbuan secara langsung. Atau setidaknya ada di lapangan.
inkaku99 : Tapi bagaimanapun infomasi yang dia ketahui tentang pra Amarah sedikit membantu. Termasuk aksi di kantor gubernur.Termasuk informasi ternyata selain anak FPIM yang demo ternyata ada mahasiswa dari Fakultas Ekonomi UMI juga. (Buku Satu, hal 228)


Tapi Inka percaya bahwa tiap orang dalam kasus Amarah memiliki peranan yang beda-beda. Jadi dia ingin mengatakan bahwa semua orang berhak bicara tentang Amarah dan tidak ada seorangpun bisa dilarang bicara mengenai Amarah.


Ada Nilai di Tiap Lembaran

Ketika Anda jeli membaca novel ini di tiap lembarannya, maka Anda akan menemukan begitu banyak nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Penulis juga mampu memainkan sosoknya dengan memasukkan dirinya ke dalam novel itu. Demikian halnya ketika memasukkan sosok lainnya. Seperti ketika Inka memainkan sosok saudara sepupunya Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May di dalam novelnya. May merupakan penganut Kristen taat yang tidak pernah meninggalkan salibnya kemanapun pergi. Kehadiran May yang sering menyapa Inka dengan kata Syaloom in Kristus dan dibalas Inka dengan kata Assalamu Alaikum menunjukkan bahwa agama bukan sebuah penghalang kedekatan. Mereka begitu saling menghargai.
Sama halnya ketika Inka menghadirkan film Kingdom of Heaven yang ditontonnya bersama Kmirpi saat di Bali. Sebuah film tentang perang salib atas perebutan tanah Yerusalem. Dalam dialoq Inka dan Kmirpi tentang film itu, keduanya menyimpulkan jika perebutan tanah Yerusalem bukan perintah agama. Tapi karena keserakahan ambisi manusia atas tanah tersebut. Kemudian menjadikan agama sebagai simbolisasi untuk peperangan.
Nilai ini kemudian penulisnya benturkan dalam kasus Amarah. Dia ingin menunjukkan bahwa jangan pernah jadikan agama sebagai simbolisasi untuk peperangan. Kenyataannya pada kasus Amarah, sampai saat ini, masih kencang isu jika aparat Nasrani sengaja diturunkan untuk menyerbu masuk ke Masjid UMI dan menghamburkan Al Quran. Ternyata, di akhir novel ini ditemukan jawaban jika mahasiswa sendiri yang melakukan untuk menarik simpati masyarakat.
Sama halnya ketika penulis menghadirkan dialoq antara Kmirpi dan Inka tentang jilbab. Kmirpi di dalam novel ini diceritakan pernah mengecap pendidikan di Qum (Sebuah kota di Teheran), bertanya pada Inka tentang masalah jilbab.
Kmirpi bertanya, “Apa yang menghalangi kau tidak menggunakan jilbab?”
Pertanyaan ini membuat Inka tersentak.
Dalam dialoq itu, Inka ingin menyampaikan kepada para kaum hawa sebuah pertanyaan yang sama. Tentang apa alasan Anda tidak menggunakan jilbab. Dia akhir novel Inka digambarkan telah menggunakan jilbab dan tidak risau lagi naik pesawat dan siap kapan saja ajal menjemputnya. Sebelumnya, inka paling takut naik pesawat karena takut ajal menjemputnya karena masih merasa dilumuri dosa. Karena belum menggunakan jilbab.
Selanjutnya, ketika Inka memburu keberadaan Kmirpi sampai ke Bali dan menemukan jawaban bahwa Kmirpi telah meninggal jihad bersama teman lainnya Nur dan Juliadi, Inka ingin menunjukkan bahwa tiga sahabat itu, tidak pernah saling menusuk dari belakang. Dalam kasus Amarah, Inka menemukan banyaknya para saksi sejarah yang saling menusuk dari belakang.
Ketika Inka menghadirkan dua bocah dalam novelnya yang tidak lain keponakannya sendiri, Putri Ansari Sikati dan Rahmat Ridwan Sikati, inka ingin menunjukkan bahwa wajar saja jika ibu korban Amarah, sepanjang tahun sedih mengingat anak mereka yang pergi dengan diselimuti banyak pertanyaan. Hati ibu mana tidak perih anaknya pergi tanpa alasan jelas.
Dalam dialoq Putri dan Rahmat diceritakan, Rahmat yang berjenis kelamin lelaki ini menangis sekeras-kerasnya ketika bonekanya dirampas adiknya, Putri. Rahmat menganggap boneka itu anaknya sendiri. Rahmat mengatakan, “Tante, aku nggak bisa hidup tanpa anakku. Anakku Tante.”
Nah, dari sepenggal kalimat yang keluar dari mulut Rahmat ini, Inka ingin menunjukkan anak kecil saja menangis sekeras-kerasnya ketika boneka yang dianggapnya sudah anaknya sendiri dirampas adiknya.
Bagaimana jika ternyata anak yang dimaksud itu bukan boneka? Jadi wajar dong ibunda para korban Amarah menangis sekeras-kerasnya ketika nyawa anak mereka dirampas.



Puisi itu Sarat Makna

Kenapa perempuanku membenci matahari padahal matahari itu bintang
Memancarkan sinar dan memberi cahaya kehidupan di siang hari
Ia memancarkan cahaya sendiri bukan mengambil milik yang lain
Rembulan di suatu malam akan muncul menghasilkan warna merah
Pada lingkaran paling gelap akibat cahaya matahari terhalang bumi
Itulah satu malam ketika harus beranjak dan mengungkap tabir


Bacalah puisi itu dengan teliti dan perhatikan huruf pertamanya. Jika dirunut ke bawah akan membingkai sebuah kata menjadi ‘KMIRPI’

Baca juga puisi ini

ADALAH hidup yang harus dijalani meski bagaikan sebuah permainan puzzel karena ada banyak pertanyaan yang kadang tidak memiliki sebuah jawaban dan jawaban kadang hadir walau tanpa pertanyaan.
MAKA kita harus rasional berpikir bahwa jangan hanya memaknai hidup untuk memperjuangkan periuk tapi sebenarnya ada yang lebih penting yaitu memperjuangkan keadilan.
ADALAH keadilan yang merupakan simbolitas kemerdekaan yang tidak dibatasi baik oleh keakuan sebuah identitas diri. Sebab hidup menjadi bermakna ketika mampu menyumbang milik paling berharga yang kita miliki.
RIILNYA bahwa nyawa adalah harga tertinggi yang kumiliki saat ini dan tidak ada nilai tukar apapun lagi atas nilainya.
AKU pernah mendengar perempuanku mengatakan, “Aku ingin mati syahid dan aku pun demikian. Sama sepertinya. Aku tidak ingin mati dengan kesiaan.”
HANYA pergorbanan itu bisa kulakukan saat ini karena aku ingin meninggalkan jejak yang akan dikenang sepanjang masa.
MI itu adalah sumber inspirasiku yang kini menjadi perempuanku dan selamanya akan menjadi perempuanku.
UNTUKNYA kutinggalkan jejak-jejakku dan akan menjadi catatan panjang yang tidak akan terlupakan karena telah terbingkai dalam balutan sejarah. (BUKU Dua Hal 274)


Jika merangkai puisi di atas akan membentuk kata AMARAHMU

Jujur, saya sangat terkesima ketika Inka bermain-main dengan kata yang sarat makna dan memasukkan bahasa puisi untuk menjawab teka-teki di dalam novelnya. Aku tahu Inka memang suka menuangkan perasaan hatinya melalui puisi. Dan kali ini dia memainkan itu ke sosok lelaki bernama Kmirpi. Inka, ternyata kamu semakin lihai merangkai kata menjadi puisi.

Dalam novelnya, Amarahku alias Kmirpi menitipkan puisi bertulis namanya saat berada di Bali. Dan ketika Inka mencari jejak lelaki itu ke Bali, dia memperoleh sebuah surat. Surat yang ditinggalkan Kmirpi merangkai tulisan ‘Amarahmu’
Dari puisi itu, sudah pasti bisa disimpulkan jika Amarahmu dan Amarahku adalah orang yang sama.


Ada yang menarik dari puisi ditinggalkan Kmirpi.
Bahwa puisi itu menerangkan dirinya akan beranjak pergi ketika gerhana bulan terjadi. Dan Kmirpi meledakkan dirinya saat gerhana bulan terjadi. Persis ketika Inka merasakan ada separuh nafasnya yang hilang. Menakjubkan alur ceritamu Inka.

Cuman saya penasaran kelanjutan cerita Kmirpi yang tiba-tiba muncul di akhir cerita di buku dua. Apakah Kmirpi hidup kembali atau mati? Sebab, Kmirpi diketahui telah melakukan bom bunuh diri di Irak. Trus kenapa bisa muncul lagi? Inka hanya mengatakan, “Tunggu di jilid tiga.”


Di akhir kata…

Novel ini sangat layak baca. Jadi bacalah dan temukan begitu novel ini kaya dengan ilmu pengetahuan. Mulai penyajian penggambaran kasus Amarah, hubungan persaudaraan yang berbeda dalam keyakinan tapi saling menghargai, dan terakhir hubungan percintaan yang dimainkan penulisnya yang ingin menunjukkan bahwa cinta tidak selamanya hadir dengan vulgar.
Bahwa cinta dirasakan dengan sikap dan tingkah laku. Mencintai seseorang kita harus ikhlas melepaskannya. Sama halnya ketika ibu para korban Amarah diharapkan bisa merelakan anak yang dicintainya untuk pergi.
Saya ingin menunjukkan kekayaan itu lagi, tapi rasanya begitu banyak…. Intinya baca sendiri dan temukan nilai-nilainya…


Ditulis oleh Dewa
Saya adalah sahabat pena Inka

Cover Mencari Jejak Amarah




Cover Mencari Jejak Amarah

March 11, 2008

Resensi Buku Mencari jejak AMARAH

Resensi Buku
Amarah Dalam Novel

Telah diterbitkan di Koran Fajar, Minggu 11 Mei 2008
Judul :Mencari Jejak Amarah (Buku satu dan buku dua)
Penulis : Rasmi Ridjang Sikati
Penerbit : Link Pena
Tebal Buku Satu : 397 halaman
Tebal Buku Dua :308



KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah atau April Makassar Berdarah di tanggal 24 April 1996. Amarah diawali dengan tuntutan mahasiswa atas kenaikan tarif angkot atau pete-pete. Kenaikan ini awalnya atas instruksi Menteri Perhubungan lalu ditindaklanjuti Wali Kota Ujung Pandang Malik B Masry dengan keluarnya SK 900 tentang kenaikan tarif.
Hingga pada perayaan Amarah ke sebelas di tanggal 24 April 2006, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku mengetahui banyak tentang kasus Amarah. Amarahmu yang merupakan sosok misterius dan belum pernah dijumpainya ini mengatakan dirinya adalah saksi kunci kasus tersebut.
E-mail yang diterima Inka dari Amarahmu sempat membuatnya merinding dan kaget karena tanggal pengiriman e-mail itu tercatat pada 24 April 1996 atau saat Amarah meletus. Tapi Inka mencoba memastikan tanggal itu, dia lalu sign out dari inkaku99@yahoo.com. Setelah itu, dia masuk lagi di id itu. Tapi kemudian, tanggal dan tahunnya telah berubah menjadi 24 April 2006. Amarahmu menenangkan hati Inka dan mengatakan jika dia mengirim e-mail di tanggal 24 April 2006.
Belakangan, bersama Amarahmu, Inka menjadi dekat. Keduanya saling membantu mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam kampus UMI dengan komunikasi aktif lewat chating dan e-mail.
Hanya saja, waktu chatting ditentukan Amarahmu hanya pada malam Jumat saja. Amarahmu tidak pernah menunjukkan identitasnya termasuk foto dirinya kepada Inka. Sehingga Amarahmu menjadi orang misterius bagi Inka.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers bernama Aliansi Jurnalis Independen (AJI), membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi.
Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual yang kemudian meruntuhkan keakuannya sebagai seorang hawa. Belakangan Inka mengganti nama Kmirpi menjadi Amarahku. Pergantian ini dilakukan Inka karena menganggap Kmirpi juga sosok yang misterius sama seperti orang yang ditemaninya chatting yaitu Amarahmu.
Namun, sayangnya, Inka kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu (Sebuah Kota di Teheran), karena Kmirpi itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Namun, dari lelaki asal Jakarta itu, Inka menerima sebuah sandal berwarna merah. Sendal yang acap kali dikenakannya dan akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil. Yaitu bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya Amarah Jilid Satu- Refleksi April Makassar Berdarah (2005), dianggap pembohongan sejarah karena orang yang berkomentar didalamnya dicibir tidak berkompeten bicara Amarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku Amarah.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah bahwa tidak ada pahlawan dalam Amarah. Semua adalah pahlawan. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohongan sejarah karena tidak berkompeten bicara tentang Amarah.
Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah yang diberikan Kmirpi itu, Inka menemukan jawabannya. Diantaranya, Inka mengetahui tentang orang yang sebenarnya yang merusak Masjid UMI dan merobek-robek Al Qur’an dan menghamburkannya di jalan. Mengetahui alasan penyerbuan aparat ke dalam kampus UMI. Dan juga tentang kondisi mayat tiga mahasiswa UMI yang meninggal itu.
Ternyata mahasiswa sendirilah yang mengacak-acak Al Quran dan juga melempar kaca masjid. Alasannya untuk menarik simpati masyarakat Sungai Pampang agar masyarakat melindungi mahasiswa dari pengejaran aparat. Dia menemukan jawaban itu dari Opan yang merupakan pengurus senat Fakultas Ekonomi saat Amarah terjadi.
Inka juga menemukan jawaban jika ternyata gerakan sampai Amarah menjadi besar tidak disetting oleh siapapun juga. Itu merupakan gerakan spontanitas. Ada lembaga yang menganggap jika merekalah yang berperan pada saat Amarah dan pertama menolak SK 900 tentang kenaikan tarif angkot. Tapi ternyata, saat penahanan damri itu, orang-orang dari lembaga ini tidak ada di lokasi.
Malah penahanan damri yang memicu aparat masuk ke dalam Kampus UMI merupakan hasil pertaruhan antara dua orang dari anak Fakultas Ekonomi. Sebuah pertaruhan yang juga terjadi secara spontanitas. Rebutan damri inilah yang memicu aparat menyerbu ke dalam Kampus UMI dan berujung pada meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Mereka adalah Syaiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming.
Dalam penelusurannya juga, banyak saksi sejarah yang mengatakan dirinya yang mensetting Amarah ternyata tidak ada di lapangan saat kejadian berlangsung. Inka juga menjelaskan jika kasus Amarah itu bukan milik mahasiswa UMI saja tapi milik mahasiswa Makassar. Karena saat kejadian, bukan hanya UMI yang diserang aparat masuk kampus tapi juga terjadi di kampus lainnya. Hanya saja, korbannya ada di UMI.
Di akhir penulisan bukunya, Inka ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. terlebih ada sebuah peristiwa ketika Gerhana Bulan, Inka merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Amarahku melintas di kepalanya. Feelingnya merasakan apa yang dialaminya ada hubungannya dengan lelaki yang untuk kedua kalinya pernah di temuinya di Bali itu.
Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil May, mereka berangkat ke Bali. May adalah seorang penganut agama Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi.
Meski berbeda keyakinan, Inka dan May sangat menghargai perbedaan keyakinan diantara mereka. Tiap May mengirimi Inka surat selalu menyelipkan kata Syaloom in Kristus dan dibalas inka Assalamu Alaikum Wr Wb dan Wassalam. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya. Ternyata Amarahmu dan Amarahku adalah orang yang sama. Selama ini, orang yang ditemani Inka chatting dan sharing mengenai kasus Amarah tidak lain adalah Kmirpi.
Tapi sayangnya, Kmirpi telah meninggal dengan meledakkan dirinya dengan bom bunuh diri di Irak. Dari cerita ibunya Kmirpi, lelaki yang membangun bisnis di Bali, yaitu Warnet MiToPi dan PieandMie ini anaknya mengidap penyakit kanker otak. Dan umurnya sudah tidak lama lagi makanya dia meledakkan dirinya di Irak.
Inka baru sadar jika ternyata Kmirpi adalah salah satu jaringan Al Qaedah. Dan dianggap teroris oleh Barat. Pantas saja, Kmirpi tidak senang diajak bicara tentang bom bali karena dia merupakan satu dari jaringan itu. Akhirnya, Inka melupakan Kmirpi. Tapi ketika Musyawarah Daerah (Musda) Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel berlangsung di Desember 2007, Kmirpi tiba-tiba muncul di hadapannya.

Buku ini lanjut ke buku berikutnya Kuburan itu Belum mengering – Amarah Jilid Tiga






Sinopsi Mencari Jejak Amarah

MENCARI JEJAK AMARAH adalah sebuah novel yang mengangkat kisah nyata dibalik kasus April Makassar Berdarah (Amarah) di 24 April 1996. Yaitu, kasus penyerbuan aparat ke dalam kampus dan berujung pada tewaskan tiga mahasiswa Universitas Muslim Indonesia
(UMI). Mereka adalah, Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif
Daming. Ketiganya ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Pampang dengan banyaknya keganjilan di sekujur tubuh korban. Isupun mencuat jika ketiganya dibunuh dulu baru diceburkan ke sungai. Tapi aparat membantah dan mengatakan, mahasiswa itu meninggal karena tidak bisa berenang. Tapi belakangan diketahui, jika satu dari tiga mahasiswa itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang. Jadi mana mungkin orang yang bisa berenang dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang?
Kasus Amarah tidak hanya berhenti pada masalah meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Peristiwa yang telah menjadi bagian sejarah yang setiap tahunnya diperingati mahasiswa se Makassar itu juga menjadi rebutan.
Masing-masing gerakan mengklaim jika merekalah menyetting sampai Amarah menjadi besar. Siapakah yang berhak atas Amarah? Inilah yang akan dicari jawabannya.

* * *
KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar, Tribun Timur, bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah.
Hingga kemudian, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku saksi kunci kasus tersebut. Belakangan Amarahmu mengatakan, dia hanya tahu sedikit Amarah dan siap sharing bersama Inka. Inka menyambut kebaikan Amarahmu yang ingin sharing dengannya karena saat itu, dia tidak memiliki teman untuk diskusi untuk menyelesaikan bukunya.
Bersama Amarahmu, Inka mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam Kampus UMI dengan komunikasi aktif bersama Amarahmu lewat chatting
dan e-mail.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi. Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual, yang kemudian meruntuhkan keangkuhannya sebagai seorang hawa.

Sayangnya, dia kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu, karena lelaki itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Setelah perpisahan itu, Inka memanggil Kmirpi dengan panggilan Amarahku. Dari Amarahku, Inka menerima sebuah sendal berwarna merah. Benda yang acap kali dikenakannya akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil.
Diantaranya, bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya dianggap pembohongan sejarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah tentang siapa sebenarnya pahlawan dari Amarah. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohong karena tidak berkompoten bicara tentang Amarah. Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah pemberian dari Amarahku
itu, dia menemukan jawabannya.
Diantaranya, dia mengetahui bagaimana peristiwa Amarah terjadi dan siapa yang merusak Masjid Umar Bin Khattab dan menghamburkan Al Quran di dalam masjid milik UMI itu.
Di akhir penulisan novelnya, dia ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. Ketika gerhana bulan terjadi, dia merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Kmirpi melintas di benaknya.
Feelingnya merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya. Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May, mereka berangkat ke Bali mencari jejak Amarahmu dan Amarahku. May adalah seorang penganut Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya.

Apakah benar Amarah adalah settingan lembaga tertentu atau hanya gerakan spontanitas?
Siapa yang merusak masjid dan menghamburkan Al Quran yang ada di dalam masjid milik UMI itu?
Siapakah sosok Amarahmu dan Amarahku itu?


Mencari Jejak Amarah
Karya Rasmi Ridjang Sikati

Ilustrasi Sampul : Nono Mirror
Lay Out : Asdar Sindo
Pemeriksa Aksara : Ali Rusdy
Diterbitkan oleh penerbit LinkPENA
Didistribusikan :inKREATIF
Alamat : Perumahan Bukit Nirwana Blok C/15, Antang, Makassar, Sulawesi Selatan. Telepon (0411) 5070004.
Email : inkreatif@yahoo.com

सिनोप्सिस मेंकारी जेजक Amarah

http://butikku.blogspot.com/


MENCARI JEJAK AMARAH adalah sebuah novel yang mengangkat kisah nyata dibalik kasus April Makassar Berdarah (Amarah) di 24 April 1996. Yaitu, kasus penyerbuan aparat ke dalam kampus dan berujung pada tewaskan tiga mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI). Mereka adalah, Saiful Biya, Andi Sultan Iskandar, dan Tasrif Daming.
Ketiganya ditemukan sudah tidak bernyawa di Sungai Pampang dengan banyaknya keganjilan di sekujur tubuh korban. Isupun mencuat jika ketiganya dibunuh dulu baru diceburkan ke sungai. Tapi aparat membantah dan mengatakan, mahasiswa itu meninggal karena tidak bisa berenang.
Tapi belakangan diketahui, jika satu dari tiga mahasiswa itu, Saiful Biya, ternyata pandai berenang. Jadi mana mungkin orang yang bisa berenang dinyatakan meninggal karena tidak bisa berenang?
Kasus Amarah tidak hanya berhenti pada masalah meninggalnya tiga mahasiswa UMI. Peristiwa yang telah menjadi bagian sejarah yang setiap tahunnya diperingati mahasiswa se Makassar itu juga menjadi rebutan.
Masing-masing gerakan mengklaim jika merekalah mengsetting sampai Amarah menjadi besar. Siapakah yang berhak atas Amarah? Inilah yang akan dicari jawabannya.

* * *
KISAH ini diawali perjalanan panjang seorang reporter sebuah koran di Makassar, Tribun Timur, bernama Rasmi Ridjang Sikati alias Inka atas keinginan kuatnya mencari jawaban atas sejarah kelam Amarah.
Hingga kemudian, alumni dari mahasiswa UMI angkatan 98 ini menerima sebuah e-mail dari seseorang bernama Amarahmu dan mengaku saksi kunci kasus tersebut.
Belakangan Amarahmu mengatakan, dia hanya tahu sedikit Amarah dan siap shearing bersama Inka. Inka menyambut kebaikan Amarahmu yang ingin shearing dengannya karena saat itu, dia tidak memiliki teman untuk diskusi untuk menyelesaikan bukunya.
Bersama Amarahmu, Inka mencari jawaban atas peristiwa penyerbuan ke dalam Kampus UMI dengan komunikasi aktif bersama Amarahmu lewat chatting dan e-mail.
Perjalanan ke Anyer mengikuti pelatihan fasilitator yang digelar sebuah lembaga pers membuatnya bertemu dengan seorang lelaki bernama Muhammad Al Kamirfi atau biasa dipanggil Kmirpi. Lelaki yang memiliki kecerdasan spritual, emosional, dan intelektual, yang kemudian meruntuhkan keangkuhannya sebagai seorang hawa.
Sayangnya, dia kehilangan jejak lelaki yang pernah mengecap pendidikan di Qum itu, karena lelaki itu tidak pernah meninggalkan nomor kontaknya di akhir perpisahan. Setelah perpisahan itu, Inka memanggil Kmirpi dengan panggilan Amarahku.
Dari Amarahku, Inka menerima sebuah sendal berwarna merah. Benda yang acap kali dikenakannya akan mengantarkannya bertemu dengan keajaiban-keajaiban kecil. Diantaranya, bertemu dengan saksi sejarah yang mengungkap tabir kebenaran peristiwa Amarah.
Keinginannya bangkit melawan orang pernah mencibirnya karena buku pertamanya dianggap pembohongan sejarah, akhirnya tumbuh dan mendarah daging kemudian menjelma menjadi perlawanan. Perlawanan itu diaktualisasikan dalam sebuah karya berupa buku.
Buku yang sengaja ditulis untuk meluruskan benang merah sebuah sejarah tentang siapa sebenarnya pahlawan dari Amarah. Selama ini, dia selalu muak dengan orang yang mengklaim sebagai tokoh dalam peristiwa Amarah dan menganggap narasumber di buku pertamanya adalah pembohong karena tidak berkompoten bicara tentang Amarah.
Dengan bantuan Amarahmu dan keajaiban sendal merah pemberian dari Amarahku itu, dia menemukan jawabannya. Diantaranya, dia mengetahui bagaimana peristiwa Amarah terjadi dan siapa yang merusak Masjid Umar Bin Khattab dan menghamburkan Al Quran di dalam masjid milik UMI itu.
Di akhir penulisan novelnya, dia ingin mencari tahu siapa itu Amarahmu dan Amarahku. Ketika gerhana bulan terjadi, dia merasakan ada bagian dari dirinya yang ikut hilang dan tiba-tiba wajah Kmirpi melintas di benaknya. Feelingnya merasakan ada sesuatu yang terjadi padanya.
Bersama saudara sepupunya, Rismayang Rousalin Sikati atau dipanggil Mbak May, mereka berangkat ke Bali mencari jejak Amarahmu dan Amarahku. May adalah seorang penganut Kristen Katolik yang tidak pernah meninggalkan salibnya setiap kemana pergi. Sampai di Bali, keduanya menemukan jawabannya.

Apakah benar Amarah adalah settingan lembaga tertentu atau hanya gerakan spontanitas?
Siapa yang merusak masjid dan menghamburkan Al Quran yang ada di dalam masjid milik UMI itu?
Siapakah sosok Amarahmu dan Amarahku itu?
Apakah May dan Inka menemukan jawaban kedua lelaki itu di Bali?

Launching 8 April 2008 Auditorium Al Jibra
Dirangkaikan dengan pameran foto dan pementasan seni

Bedah Buku Auditorium Al Jibra 24 April 2008



Mencari Jejak Amarah
Karya Rasmi Ridjang Sikati



Ilustrasi Sampul : Nono Mirror
Lay Out : Asdar Sindo
Pemeriksa Aksara : Ali Rusdy, Wawan Mattaliu, Jesy Heni T, Lory Hendrajaya

Diterbitkan oleh penerbit LinkPENA
Didistribusikan :inKREATIF
Alamat : Perumahan Bukit Nirwana Blok C/15, Antang, Makassar, Sulawesi Selatan. Telepon (0411) 5070004.
Email : inkreatif@yahoo.com

January 01, 2008

Tahun Baru dengan Penghargaan Jurnalis Pejuang

KAGET. Itulah yang menderaku ketika Ketua HMI Cabang Maros Rijal A Sastro memberitahuku tentang diriku yang menerima penghargaan berupa cinderamata berbentuk sertifikat. Yaitu, penghargaan sebagai Jurnalis Pejuang Anti Korupsi.
Penghargaan itu seharusnya kuterima saat Refleksi Akhir Tahun yang digelar HMI dan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) pada malam pergantian tahun dari 2007 ke 2008, Senin (31/12), di Gedung Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKI) Maros. Pertemuan itu dihadiri organisasi kepemudaan di Maros dan pejabat dalam lingkup Pemkab Maros.
Hanya saja, pada malam itu, aku tidak bisa hadir karena kondisi kesehatanku kurang sehat dan juga sudah niatan akan melaksanakan shalat Sujud Syukur di Masjid AL Markas Al Islami Makassar di malam pergantian tahun.
Baru keesokan harinya, penghargaan itu diserahkan kepadaku. Dan aku hanya mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil’alamin.
Tapi sebelumnya, aku sempat bertanya, apa standarnisasinya sehingga aku menerima penghargaan itu? Sampai-sampai, aku mengatakan pada Rijal, mungkin karena aku adalah kader HMI sehingga terpilih mendapat penghargaan itu. “Jangan ada diskriminasi,” kataku dengan tegas pada Rijal.
Dulunya, aku memang pernah menjabat sebagai Ketua Kohati Korkom UMI, Wakil Sekretaris Kohati HMI Cabang Makassar, dan pernah terlibat dalam tim investigasi kasus penyerbuan aparat ke Wisma HMI Cabang Makassar beberapa waktu lalu.
Rijal langsung membantahnya mentah-mentah. Penghargaan itu, katanya, meskipun diberikan atas nama HMI dan KAHMI, bukan karena diriku dari background HMI tapi karena independensi yang kuanut.
“Bukan Kanda. Pemberian itu bukan karena Kanda Inka kader HMI tapi karena satu-satunya jurnalis di Maros yang gigih, berani, dan serius dalam mengakomodir berita tentang ketimpangan di Pemerintah Kabupaten Maros dan menyampaikan ke publik secara gamblang. Tidak seperti wartawan lainnya yang ada di Maros,” katanya. Aku sedikit lega dengan penuturannya.
“Ini satu-satunya cinderamata yang kami berikan kepada seseorang di akhir tahun 2007. Orang yang berhak menerima penghargaan itu diputuskan setelah melalui rapat dengan pengurus HMI dan KAHMI,” tambah Rijal lagi.
Sampai sekarang pun, aku masih kaget atas penghargaan itu. Aku bekerja sebagai jurnalis dan memberitakan ketimpangan di depan mataku bukan untuk sebuah penghargaan dan keakuan diri tapi karena panggilan hati nurani. Intinya ingin membantu mengubah wajah Maros ke arah lebih baik karena aku mencintai daerah itu.

Atas penghargaan itu, aku lalu melaporkannya ke kantorku. Menghubungi Pemimpin Redaksi Koran Tribun Timur UKI M KURDI dan Wakil Pemimpin Redaksi Dahlan melalui sms.

Alhamdulillah, Biro Maros Koran Tribun Timur terima penghargaan Jurnalis Pejuang Anti Korupsi di Maros. Satu-satunya yang menerima penghargaan di Maros dalam malam Refleksi Akhir Tahun HMI – KAHMI Maros..Heee.

Di balas Pak UKI:
Hahaaa. Sukses untuk Inka. Salam

Di Balas Kak Dahlan:
Wah! Selamat Inka…. Bagus. Tolong tulis beritanya, yah….


Perintah paling terakhir rasanya sulit kulakukan. Seperti jeruk makan jeruk. Berita tentang diri sendiri, ditulis sendiri. Heeee